Sejak bulan Juni 2025 lalu, pegiat Cita Tanah Mahardika (CTM) dan Passe’reanta di Pulau Satangnga, mengikuti kegiatan inkubasi bisnis di Jakarta yang diselenggarakan oleh Re.Search dan didukung oleh Ananta Fund. Kegiatan ini dilakukan dari bulan Juni hingga September 2025 dengan beberapa tahapan seperti tiga kali putaran belajar secara langsung di Jakarta dan beberapa sesi mentoring secara online.
Pada putaran pertama yang berlangsung Juni lalu, Dila, pegiat CTM berangkat ke lokasi kegiatan bersama Siti, seoarang pemudi di komunitas Passe’reanta. Menurut Dila, setidaknya terdapat tiga sesi pembelajaran pada kegiatan itu: sesi pertama membahas mengenai Masterclass Business dengan mengembangkan bisnis model canvas; kedua, Masterclass Finance yang meliputi teknik pencatatan keuangan, pelaporan keuangan dan arus kas sederhana; dan ketiga, Design Thinking untuk melihat lebih jauh prototipe pengembangan produk komunitas.
Lanjut Dila, putaran kedua dilakukan pada bulan Agustus 2025, selama dua hari di Komunitas Salihara, Jakarta. Kali ini Daeng Dinging yang ikut terlibat bersama Dila. Pada putaran ini, ia bersama beberapa peserta yang berasal dari berbagai daerah mempelajari mengenai strategi branding dan marketing. Dalam prosesnya peserta dilibatkan untuk mempelajari mengenai pemetaan karakter konsumen, membuat strategi branding sederhana, hingga menyusun desain funnel (perencanaan) untuk tiga bulan ke depan. Kemudian pada sesi selanjutnya, partisipan belajar pitching untuk melatih kemampuan mempresentasikan produk komunitas kepada pelanggan.
Berangkat dari buah refleksi serta prinsip berorganisasi, baik CTM maupun Passe’reanta, hasil belajar apapun yang berkaitan dengan organisasi perlu dibagikan ke semua anggota atau pegiat, termasuk bentuk pembelajaran yang didapatkan dari inkubasi bisnis di Jakarta dan beberapa kali sesi mentoring secara online.
Setelah beberapa rangkaian kegiatan yang telah diikuti, tiba waktunya tim memutuskan untuk berangkat pada tanggal 7 Agustus 2025 ke pulau Satangnga usai melakukan diskusi kecil-kecilan di kantor CTM tentang rencana pertemuan bersama anggota Passe’reanta lainnya. Adapun tim yang berangkat yakni Tiro, Irwan, Enal dan Dila.
Setibanya di Pulau Satangnga pada pagi hari, beberapa jam kemudian tim berkunjung ke rumah Daeng Sugi (ketua Passe’reanta) bersama Daeng Dinging selaku bendahara Passe’reanta untuk mendiskusikan maksud dan tujuan sharing pengalaman belajar inkubasi bisnis kepada semua anggota Passe’reanta. Dalam obrolan tersebut tak luput kami memastikan kesediaan waktu, serta tempat pertemuan akan digelar.
Rumah Daeng Dinging lalu disepakati sebagai tempat pertemuan yang akan berlangsung pada pukul 13:00 WITA, 8 Agustus 2025. Pada malam hari, tim berkunjung ke rumah Daeng Dinging yang juga akan bertindak sebagai fasilitator untuk membicarakan alur dan desain pertemuan.
Pertemuan berlangsung dengan beberapa sesi. Sesi pertama dibuka oleh Tiro, ia menjelaskan maksud dan tujuan dari pertemuan tersebut. Sesi kedua, melakukan pemusatan dan menampilkan kode untuk mengantar masuk ke dalam pembahasan yang difasilitasi oleh Enal. Sesi ketiga, Check-In personal yang melibatkan setiap partisipan untuk berbagi ragam perasaan yang dialami selama sebulan terakhir.

Adapun partisipan yang hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain Daeng Sugi, Daeng Puji, Daeng Lebang, Daeng Jinne, Daeng Lele, Daeng Ronrong, Daeng Dinging, Maryam, Hawa, Junaedi, Ramli, dan Fitri. Pada sesi sharing, Daeng Dinging selaku fasilitator mengawalinya dengan menyampaikan bahwa “kemarin waktu ke Jakarta kita belajar tentang bagaimana memasarkan produk kepada pelanggan agar produk kita menarik dan dapat laku”. Selama belajar memasarkan produk komunitas, Daeng Dinging mengatakan “agar konsumen tertarik pada presentasi produk kita, itu sebaiknya disampaikan secara singkat dan jelas” tambahnya.
Pada hari kedua, ia memahami kalau bisnis itu ibarat permainan catur yang membutuhkan strategi. Sementara untuk marketing, di dalamnya terdapat desain thinking sebagai tahapan awal dalam membangun usaha. Secara sederhana, membangun usaha dapat dimulai dari ide, adaptasi, uji coba, hingga belajar menempatkan label agar tetap menarik.
Kemudian, Dila juga menyampaikan rencana tindak lanjut kegiatan inkubasi bisnis ini, termasuk beberapa tahapan dan materi yang akan berlangsung pada sesi Demo-Day di bulan September 2025 mendatang. Sesi tersebut akan memberikan kesempatan kepada tiap-tiap komunitas membawa produk mereka masing-masing ke kegiatan tersebut dan menampilkannya di hadapan berbagai pelaku ekonomi. Serupa angin segar, momen ini setidaknya akan menjadi kesempatan berharga bagi Passe’reanta untuk memperkenalkan produk komunitas dalam skala yang lebih luas.
Setelah Dila dan Daeng Dinging menyampaikan hasil belajar mereka, Tiro lalu membagi kelompok menjadi dua (kelompok pemasaran dan kelompok produksi) untuk mendiskusikan hal-hal yang berjalan baik sekaligus tantangan yang dihadapi selama ini pada kerja-kerja produksi maupun pemasaran produk komunitas.
Masing-masing kelompok lalu menyampaikan hasil diskusi kelompoknya dan saling memberi tanggapan. Setiap orang yang hadir di pertemuan ini secara aktif memberi respon satu sama lain.
Pada kelompok pertama, beberapa hal yang dianggap berjalan baik seperti Passe’reanta sudah mampu menjaga kualitas produk, produksi dapat berjalan secara terjadwal, beberapa produk komunitas seperti Salonde dan Keripik Sukun selalu berhasil. Adapun yang menjadi tantangan adalah kurangnya bahan baku yang tersedia untuk produksi, juga kondisi cuaca yang buruk turut memengaruhi produk tertentu seperti VCO.
Sementara kelompok kedua, hal yang dianggap berjalan baik adalah produk komunitas sudah mulai dikenal di pulau maupun di luar pulau, serta sudah mulai dipasarkan secara online. Sedangkan salah satu tantangan yang dihadapi dalam memasarkan produk secara online adalah kondisi internet di pulau relatif masih terbatas. Tak luput, Dila juga memberikan tanggapan serta beberapa masukan terkait dengan produksi dan pemasaran, seperti pentingnya membahas kembali HPP produk Passe’reanta,
Usai mengurai hal-hal yang berjalan baik serta tantangan yang dialami selama ini. Komunitas lalu membicarakan rencana ke depan demi meniti pengembangan usaha komunitas.